Pages

Sunday, December 2, 2012

Filsafat, Agama, dan Bagaimna Saya Percaya pada Tuhan.

Humanistic Studies

Summary and Response of Guest Lecturing

Filsafat dan Agama

Oleh: Saras Dewi, M. Hum (Kaprodi Ilmu Filsafat UI)

    Apakah itu filsafat dan apa itu agama serta bagaimana dua hal tersebut saling berhubungan, itulah tiga hal yang saya pelajari setelah mengikuti kuliah umum bersama Ibu Saras Dewi. Menurut penjelasan Ibu Saras dilihat dari sisi etimologisnya filsafat dan agama sangat betentangan. Agama berasal dari bahasa Sansekerta agam artinya doktrin atau dogma, sedangakan dalam bahasa Inggris religion berasal dari bahasa Latin religionem yang berarti kepatuhan atau ketundukkan pada sesuatu yang sakral. Sedangkan filsafat berasal dari dua kata dalam bahasa Latin filia yang berate kecintaan dan sofia yang bearati kebijakasanaan, sacara umum diartikan sebagai kecintaan manusia pada kebijaksanaan dan untuk terus berpikir kritis. Di sini kita bisa melihat adanya paradoks antara pengertian agama dan filsafat, di mana agama menekankan pada faktor kepatuhan manusia sedangakan filsafat menekankan pada kebebasan untuk berpikir dan mempertanyakan sesuatu. Menurut pendangan saya meskipun dari sisi etimologis dua hal ini bertentangan tapi bukan berarti bahwa kita tidak bisa membahas atau mengkajinya lebih dalam. Oleh karena itu melalui esai ini saya berusaha untuk menjawabnya. Selain itu saya juga akan membahas mengenai bagaimana saya percaya pada Tuhan dan bagaiamana saya mewujudkan atau memunculkan keberadaan Tuhan dalam hidup saya.
    Menurut Dewi (2012) terdapat banyak motif mengapa orang beragama, salah satunya adalah untuk memahami hidup yang didasari pada rasa kebenaran pada individu. Melalui agama manusia berusaha memahami arti hidupnya dan apa yang terjadi dalam hidupnya. Menurut pandangan saya ini adalah motif paling logis seseorang untuk beragama karena agama adalah sarana yang paling tepat untuk memahami semua yang ada dalam hidup kita. Namun di masa lalu yakni pada era positivisme logis di mana filsafat harus seiring dengan ilmu pengetahuan dan tidak dapat disatukan dengan agama. Para penganut positivisme logis percaya bahwa manusia tidak membutuhkan agama karena agama dekat dengan mitos dan sesuatu yang tidak bisa diterima dengan logika dan dibuktikan secara empiris. Hal ini muncul seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang terjadi di barat. Saya tidak sependapat dengan pemikiran ini karena menurut saya agama memang terkadang memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dijelaskan dan dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Namun sampai saat ini masih belum ada teori yang dapat membuktikan bahwa agama itu salah.
    Sebagai reaksi dari perdebatan tersebut terdapat beberapa tokoh yang memberontak atau menolak anggapan bahwa filsafat tidak dapat disatukan dengan agama. Pemikiran-pemikran yang menolak anggapan ini sudah muncul sejak abad pertengahan ketika filsafat mulai tenggelam karena adanya kekuasaan absolut gereja. Thomas Aquinas dan Agustinus adalah beberapa tokoh yang menyelamatkan filsafat ditengah fanatisme agama. Dengan kemunculan Acquinas dan teorinya yang menyatakan bahwa filsafat tetap berada dibwah teologi. Setelah itu munculah bebarapa pandangan mengenai bagaimana kedudukan filsafat dan agama seharusnya. Yang pertama yakni pandangan kaum rasionalis yang berpendapat bahwa untuk mempercayai agama dan adanya Tuhan kita harus berpikir dan membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tokoh yang menganut paham ini diantaranya adalah Rene Descrates dan Ibnu Rushd. Pandangan kedua adalah pandangan kaum mistik yang menyatakan bahwa filsafat dan agama harus disatukan. Mereka berkeyakinan bahwa kebenaran akan sesuatu bersifat universal dan dapat dilihat atau dicapai melalui banyak cara. Tokoh yang menganut paham ini anatara lai adadalah Ibnu Arabi dan Adi Shankara. Yang terakhir adalah pandangan kaum existansialis yang menggangap bahwa untuk memahami tentang suatu kebenaran maka  manusia harus merasakan pengalaman dan rasa kagum (tremendum).
    Dari tiga pandangan tersebut saya secara pribadi berpendapat ketiga pandangan tersebut benar dan saling melengkapi. Namun yang paling sesuai dengan pendapat sayab adalah pandangan kaum rasionalis. Menurut saya apa yang disampaikan oleh kaum rasionalis benar karena untuk mengetahui kebenaran agama dan keberadaan Tuhan kita harus berpikir. Yang perlu digaris bwahi adalah bagaimana cara kita berfikir, kita harus yakin terlebih dahulu tetang agama dan apa yabg kita percya. Ketika terus berfikir mengenai sesuatu tanpa meyakini kebradaannya maka kiat akan menjadi orang yang skpetis dan exktrimnya menjadi atheis. Di satu sisi jika kita percaya namun kita tidak pernah berpikir maka apa yang kita yakini hanya akan menjadi doktrin kosong tanpa arti. Meskipun begitu konsep utama yang disampikan oleh kaum mistik dan eksistensilis juga tepat. Khususnya untuk pandangan kaum kistik yang menyatakan bahwa kebenaran itu universal, saya sependapat dengan pernytaan tersebut. Menurut saya hakikat dari tiap agama adalah sama yakni bahwa setiap agama mempercayai adanya keberadaan Tuhan, hanya saja bentuk dan cara mengekpresikan kebradaan Tuhan saja yang berbeda.
    Selanjutnya saya akan membahas bagaimana saya percaya pada Tuhan dan bagaimana saya memunculkan keberadaan Tuhan dalam hidup saya. Saya mempercayai keberadaan Tuhan karena saya yakin bahwa setiap apa yang ada dalam dunia pasti ada yang menciptakan. Hal ini juga sejalan dengan yang disampaikan oleh Thomas Acquinas yakni teori prima causa yang menyatakan bahwa seluruh alam sememesta pasti ada yang menciptakan. Adanya saya dan alam semester ini tidak mungkin ada tanpa ada yang menciptkan yakni Tuhan. Bagaimana saya mempercayai akan keberadaan Tuhan adalah dengan menyadari dan bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang Tuhan berikan dalam hidup saya. Saya tidak akan mampu hidup dan melakukan apapun jika tanpa nikmat Tuhan yang paling besar yakni iman dan akal. Melalui dau hal ini lah saya percaya bahwa Tuhan ada dalam hidup saya. Saya percaya pada Tuhan karena iman dan akal yang Tuhan berikan membuat saya bisa menyadari akan keberadaanya dalam hidup saya. Akal membuat saya berpikir mengapa dan bagaimana saya bisa ada di dunia ini dan iman membuat saya yakin dengan apa yang saya pikirkan.
    Dalam dimesi rohani seprti yang saya sampaikan diatas saya yakin dan percaya bhwa Tuhan itu ada dalam hidup saya. Kemudian untuk mewujudkan keyakinan saya pada Tuhan secra jasmani saya melaksanakan ritual agama yang saya yakini, Islam, yakni dengan menjalankan shalat, puasa, membayar zakat dan banyak hal lain yang diperinthkanm serta berusaha sebisa mungkin menjauhi apa yang menjadi larangan. Menurut saya apa ayang saya lakukan ini juag sesuai dengan apa yang diajarkan agama saya yakni bagaimana kita beriman pada Tuhan adalah dengan melakukan tiga hal yakni meyakinin sepenuhnya dalam hati, mengucapakannya secara lisan dalam bentuk syahadat dan melakukannya dalam bentuk kegiatan ibadah. Alasan mengapa saya percaya pada Tuhan  adalah hal yang cukup sulit diungkapkan. Awalnya ketika saya masih anak-anak saya mempercyai adanya Tuhan karena ajaran orang tua dan orang-orang disekitar saya. Namun dewasa ini saya mulai menemukan alasan mengapa saya perrcya pada Tuhan. Alasan utama adalah karena saya telah membuktikan keberadaan Tuhan serta peran-Nya dalam hidup saya. Saya menyadarinya setelah bebarapa kali saya mengalami peristiwa yang luar biasa dalam hidup saya dan saya yakin bahwa itu semua adalah berkat keberadaan Tuhan.
    Bagaimana cara saya memunculkan keberadaan Tuhan dalam hidup saya sangatlah sederhana. Saya yakin bahwa Tuhan senantiasa berada disekiliing saya. Seperti yang telah saya sampaikan di atas bahwa setiap apa yang terjadi dalam hidup saya merupakan wujud kekuasaan Tuhan. Adanya berbagai kejadian baik yang biasa terjadi hinggga yang luar biasa yang terjadi dalam hidup juga adalah bentuk keberadaan Tuhan. Saya merasa bahwa Tuhan akan dekat dengan kita jika kita mau dekat dengan-Nya. Semakin kita dekat dengan Tuhan kita akan semakin bisa merasakan keberadaan-Nya dalah hidup kita. Contoh yang paling sederhana adalah ketika saya melakukan sesuatu yang seharusnya tidak saya lakukan selalu ada suara dari dalam hati saya yang seakan mengatakan bahwa itu bukan hal yang seharusnya saya lakukan. Saya merasa bahwa Tuhan mengingatkan saya melalui suara hati saya bahwa itu adalah hal yang tidak seharusnya saya lakukan karena saya merasa dekat dengan Tuhan. Hingga hal yang cukup ekstrim menurut saya adalah ketika sesuatu yang hampir mustahil bagi saya terjadi namun itu terjadi dalam hidup saya. Ini adalah ketika saya mencapai sebuah hal yang menurut saya itu luar biasa yakni ketika saya berhasil lolos untuk mengikuti suatu kompetisi di mana saya tidak memiliki persiapan yang matang. Namun pada akhirnya saya berhasil lolos dan semua itu terjadi karena saya yakin akan keberadaan dan kuasa Tuhan yang dekat dengan saya. Hal yang selalu saya yakini adalah bahwa Tuhan itu berda lebih dekat daripada urat nadi leher kita namun itu hanya bagi orang-orang yang mau dekat dengan-Nya.           

0 comments:

Post a Comment